Popular Posts

Saturday, December 31, 2011

TEORI KEWIRAUSAHAAN (TEORI TIMMONS, GORDON, ZACH'S STAR OF SUCCESS)

A. Teori Kewirausahaan Menurut Timmons

Proses suatu kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi adalah locus of control, pendidikan, pengalaman, komitmen, visi, keberanian mengambil risiko, dan usia. Sedangkan faktor lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, model peran, pesaing, investor, dan kebijaksanaan pemerintah.

Wirausaha yang sukses mampu menghasilkan gagasan baru untuk memanfaatkan peluang serta menyikapi masalah yang dihadapi, kemudian menjadikan hal itu sebagai usaha yang berhasil. Hampir selalu ada kejadian pemicu yang melahirkan ide/usaha baru. Mungkin wirausahawan tersebut tidak mempunyai prospek karir yang lebih baik lagi atau merupakan pilihan karir yang disengaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memasuki karir kewirausahaan, kebanyakan dibentuk oleh sifat dan lingkungan pribadi. Seorang wirausaha memiliki “internal locus of control” yang lebih tinggi dari non wirausaha, yang berarti bahwa mereka memiliki hasrat yang lebih tinggi untuk mengendalikan takdir mereka sendiri. Sebuah model yang menggambarkan prosesentrepreneurial/kewirausahaan dikemukakan oleh Bygrave pada gambar di bawah ini.

Proses kewirausahaan  diawali dengan adanya inovasi.  Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.

Menurut Timmons (1999:38) proses kewirausahaan memperlihatkan bahwa kekuatan pengendali yang mendasari pendirian usaha baru yang sukses. Dimulai dari peluang kemudian tim dan sumber daya. Kebanyakan peluang asli lebih besar daripada kemampuan tim atau sumber daya yang tersedia untuk permulaan suatu usaha. Peran dari wirausaha dan timnya adalah mempergunakan semua elemen kunci itu dalam lingkungan yang dinamis dan bergerak. Dalam konteks dinamis ini, ambiguitas dan risiko menjadi sesuatu yang harus diterima. Apabila wirausaha mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, maka kemungkinan untuk sukses akan meningkat secara signifikan. Pada intinya peran wirausaha adalah mengatur dan mendefinisikan kembali perihal risiko dan imbalan.

Jadi perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan.  Jadi kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

Menurut Timmons (2008:31), gambaran klasik kewirausahaan adalah perusahaan pemula yang masih mentah, dimulai dengan ide usaha yang kemudian berkembang menjadi suatu perusahaan besar. Contohnya, Microsoft, Netscape, Amazon.com, Sun Microsystem, Home Depot, McDonald’s, Compaq Computer, Intuit, Staples, dan ratusan contoh lain yang telah menyandang nama besar. Kesuksesan, selain kepemimpinan yang kuat dari seorang wirausahawan, selalu melibatkan tim dengan keahlian yang mendukung. Kemampuan untuk bekerja sama sebagai tim dan kemampuan menangkap peluang bisnis di tengah-tengah kontradiksi, kekacauan, dan kebingungan adalah kunci kesuksesan.
Kewirausahaan juga membutuhkan keterampilan dan kepintaran untuk mencari dan mengontrol sumber daya, yang biasanya dimiliki orang lain, untuk meraih peluang. Artinya perusahaan tidak boleh kehabisan dana di saat-saat kritis. Kebanyakan kewirausahaan sukses memiliki tim dan penyandang dana untuk menangkap peluang yang tidak dikenali orang lain.
Namun dalam perkembangannya, perusahaan-perusahaan besar tersebut di atas banyak mengalami keruntuhan atau masalah internal perusahaan. Akan tetapi, disebabkan oleh munculnya pesaing-pesaing baru dari perusahaan pemula. Perusahaan raksasa seperti IBM dihempaskan oleh Apple Computer dan kemudian Microsoft Equipment Corporation. Mereka yang dianggap tidak terkalahkan, akhirnya dirontokkan oleh perusahaan pemula. Peristiwa ini memaksa perusahaan raksasa pada tahun 1980-an melakukan perampingan sampai pada tahun 2000-an. Contoh dalam kasus ini, perusahaan Fortune 500 meniadakan sebanyak 900.000 pekerjaan hingga bulan oktober 2001.
Di saat perusahaan besar mengurangi pegawainya, perusahaan baru justru menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut laporan penelitian Timmons pada tahun 2000, sebanyak 4,3 juta pekerjaan atau penerimaan tahunan senilai $736 miliar dihasilkan oleh perusahaan baru. Menurut Timmons (2008:32) penyebab kegagalan perusahaan besar adalah mereka lambat menyadari perubahan yang terjadi di dunia usaha. Hal yang paling parah adalah mereka sama sekali tidak tahu tentang pendekatan kewirausahaan dan cara mengenali ciri-ciri kehancuran dan perubahan arah rival mereka.
Menurut Timmons (2008:32), perusahaan besar dapat dikarakterisasikan dalam masa kejayaan mereka dengan banyak tingkatan peninjauan, persetujuan dan veto yang hirarkis. Para eksekutif menjalankan sistem manajerial dan administrasi model top-down, sangat berbeda dengan pendapat Ewing Marion kauffman,
“orang tidak di atur, mereka mau dipimpin”. Perusahaan ini begitu menghargai orang yang dapat menghasilkan aset, anggaran, jumlah pabrik, produk, dan pegawai yang banyak daripada menghargai orang yang dapat menciptakan peluang bisnis baru, mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, dan jarang membuat kesalahn, semuanya dengan sumber daya terbatas. Perusahaan besar sebenarnya menyadari perlunya pembaruan pada beberapa perusahaan raksasa tahun 1970-1980-an menemukan bahwa perusahaan besar memerlukan enam tahun untuk mengubah strategi dan 10 sampai 30 tahun untuk mengubah budayanya. Sementara perusahaan kecil hanya memerlukan 1-6 bulan untuk mengumpulkan modal usaha.
Lebih parah lagi, perusahaan besar cenderung birokratis dan arogan. Mereka yakin bahwa jika mereka menganut dan menjalankan praktik manajemen terbaik, maka segala sesuatunya akan berjalan lancar. Pada era tahun 1970-1980-an, praktik manajemen terbaik itu belum mengenal istilah kewirausahaan, gaya kepemimpinan kewirausahaan, dan cara menelaah kewirausahaan. Bahkan kata kewirausahaan dianggap kata kotor di dunia bisnis Amerika. Salah satu dogma yang dianggap suci adalah soal kedekatan dengan pelanggan. Berikut adalah kesimpulan dua orang profesor Harvard Bussiness School.
"Salah satu hal yang sering ditemui di dunia bisnis adalah kegagalan perusahaan besar untuk tetap pada posisi terdepan ketika terjadi gejolak di pasar dan teknologi… tetapi persoalan dasarnya adalah suatu paradoks: Perusahaan besar itu tunduk pada salah satu dogma manajemen paling popular. Mereka mendekatkan diri pada pelanggan. Bila mereka menyerang, perusahaan baru melihat perusahaan lama sebagai musuh yang enteng dan tidak siap karena selalu melihat ke atas dan mengabaikan bahaya dari bawah.”
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dilihat kelemahan mendasar yang menjadi sumber kerapuhan perusahaan besar. Kelemahan tersebut dapat sekaligus menjadi peluang besar bagi perusahaan baru. Bagi E-generation, kondisi ini merupakan peluang emas yang dapat dimanfaatkan secara baik.
Menurut Blower dan Christensen (dalam Timmons, 2008:32), masalah yang dihadapi oleh perusahaan besar adalah para manajernya terus melakukan hal yang sama, yaitu melayani kebutuhan pelanggan. Pihak manajemen gagal melihat adanya program yang tidak lagi diinginkan pelanggan atau program yang marjin labanya mulai menurun.
Gebrakan yang dilakukan oleh perusahaan baru yang inovatif sebagai bagian dari proses revolusi kewirausahaan, membuat banyak perusahaan besar menyadari pergeseran paradigma kewirausahaan. Beberapa perusahaan besar di Amerika berhasil merespons kepemimpinan kewirausahaan. Setelah melihat perusahaan besar menghilang satu persatu, banyak diantara mereka mulai bereksperimen dan membuat strategi untuk mendapatkan kembali semangat kewirausahaan serta memasukkan sistem nilai dan perilaku yang disebut cara menelaah kewirausahaan. E-generation memiliki banyak peluang menarik dalam lingkungan bernuansa kewirausahaan. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk perusahaan raksasa lama yang tidak memiliki semangat kewirausahaan.
Seiring dengan perjalanan revolusi kewirausahaan, perusahaan besar semakin banyak yang menerapkan prinsip kewirausahaan dan kepemimpinan kewirausahaan demi kelangsungan venture mereka. Ada banyak perusahaan yang melakukan hal ini dan berhasil, diantaranya GE, Corning, dan Motorolla. Perusahaan “brontosaurus” patut mencontoh perusahaan di atas dalam hal menerapkan prinsip kewirausahaan.
Jadi, Kesimpulan dari beberapa Teori Timmons menurut pendapat saya adalah Untuk menjadi Wirausaha yang sukses harus benar-benar pintar memanfaatkan peluang, kemudian kerja sama tim yang solid dan sumber daya yang bagus. 
B. TEORI KEWIRAUSAHAAN MENURUT GORDON
Seorang pakar entrepreneurship Gordon Pinchot menyatakan, para individu tidak perlu melaksanakan hal-hal besar (big thing) agar pencapaian hasil kumulatif mereka akhirnya menyebabkan munculnya kinerja hebat bagi perusahaan dimana mereka bekerja, mereka jarang sekali merupakan para penemu (inventors) dari produk atau sistem yang menjadi “pendubrak perubahan” mereka juga jarang sekali melakukan sesuatu tindakan yang bersifat unik secara total, yang belum pernah dipikirkan oleh pihak lain di dalam organisasi yang bersangkutan. ( Pinchot 1985: 25). Pinchot, pendiri mazhab intrapreneur merumuskan para intrapreneur sebagai “setiap orang di antara pemimpi (dreamers) yang melaksanakan”. Mereka yang menerima tanggung jawab langsung guna menciptakan sesuatu inovasi di dalam sebuah organisasi, mungkinintrapreneur merupakan pencipta atau inovator, tetapi ia senantiasa merupakan seorang pemimpi yang mengalihkan sebuah ide menjadi sebuah realitas yang menguntungkan.
Tiga factor utama yang diperhatikan oleh Gordon didalam rancangan modelnya adalah:
1.     Shareholder’s return-single variable.
Di dalam model periode tunggal (model satu periode), tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham terdiri dari deviden dan capital gains. Ini tidak berlaku dalam kasus Gordon. Sebab tingkat pengembalian yang diterima pemegang sahamnya hanya deviden dimasa yang akan dating. Earnings yang ditahan perusahaan menjadi sebagian dari factor pertumbuhan yang operasinya akan menaikkan deviden, namun hanya deviden yang akan datang yang dianggap sebagai pengembalian.
2.     Normal and actual return.
Model Gordon dikembangkan dengan membandingkan tingkat pengembalian normal atau tingkat pengembalian minimal dengan tingkat pengembalian actual.
3.     Inclusion of a growth factor .
Untuk tinjauan jangka panjang, model mengansumsikan pertumbuhan deviden selalu stabil dan memasukkannya sebagai salah satu factor pertumbuhan dalam rumus penilaian.
 (Pinchot 1985: 27), agar supaya intrapreneurship dapat berkembang di dalam sebuah organisasi besar, perlu terdapat lima macam “faktor kebebasan” sebagai berikut:
1. Seleksi diri
Perusahaan-perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator untuk mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tanggung jawab untuk menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan kepada para individuatau kelompok.
2. Jangan ide yang diciptakan di tengah jalan, diserahkan kepada pihak lain (no-hand offs).
Setelah ide-ide muncul, para manajer harus membiarkan orang-orang yang menciptakan ide tersebut, melanjutkannya (menerapkannya) dan jangan menginstruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada pihak lain.
3. Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan.
Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide tersebut.
4. Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan inovasi (corporate “slack”) atau perusahaan-perusahaan yang menyediakan dana dan waktu (“slack”) memfasilitasi inovasi.
5. Akhirnya falsafah penemuan “akbar” (end the “bome-run”philosophy)
Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa pimpinan puncaknya hanya berminat terhadap ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-hasil luar biasa(major breakthroughs). Dalam kultur demikian intrapreneurship dikekang.
Keuntungan menggunakan tipe perancanaan strategis yaitu kita dapat melakukan, antara lain :
1.      Antisipasi terhadap masa depan
Terutama terhadap peluang dan permasalahan strategis. Bila jauh hari, kemungkinan permasalahan dapat diantisipasi sebelum benarbenar terjadi, maka permasalahan tersebut dapat diminimalkan dan dampaknya dapat dikendalikan. Bila peluang tidak diantisipasi, maka kita akan kehilangan kesempatan dan mungkin problema muncul karenanya.
2.      Evaluasi diri
Dengan perencanaan strategis, kita semua dapat bekerja bersama untuk mengevaluasi diri, terutama tentang kekuatan dan kelemahan yang kita miliki. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri akan membuat kita lebih realistis dalam merencanakan masa depan kita.
3.      Perumusan tujuan bersama melalui konsensus
Dengan tipe perencanaan strategis yang menggarisbawahi pembangunan konsensus antar stakeholders maka dapat dirumuskan ke arah mana kita akan menuju dan dengan cara apa yang terbaik untuk sampai ke tujuan tersebut. Dalam pembangunan konsensus ini tentunya ada negoisiasi untuk "memberi-dan-menerima". Adalah lebih baik terjadi konflik selama proses  (sehingga dapat dicari kesepakatan) daripada konflik setelah proses perencanaan selesai dan rencana telah disahkan untuk diimplementasikan. Catatan: stakeholders diartikan sebagai semua orang/pihak yang berkepentingan langsung dengan kita (organisasi kita).
4.      Alokasi sumberdaya
Perencanaan strategis mengalokasikan sumberdaya dengan menetapkan prioritas dalam perumusan strategi, terutama sumberdaya manusia dan prasarana. Alokasi sumberdaya dilakukan antar bidang layanan perkotaan yang saling berkompetisi dalam meningkatkan kualitas layanan. 
5.      Pemantapan tolok banding (benchmarks)
Yang berupa rumusan tujuan dan sasaran. Hasil implementasi atau tindakan dibandingkan dengan tolok banding keberhasilan. Dengan menilai kinerja akan dapat ditarik "pelajaran" dari pengalaman dan masukan balik diperlukan untuk meningkatkan kualitas rencana strategis dalam hal proses maupun produknya.
METODE GORDON
Metode Gordon (Gordon Method), tidak seperti kebanyakan teknik penyelesaian masalah secara kreatif lainnya, dimulai dengan anggota-anggota kelompok yang tidak mengetahui secara persis sifat masalah yang ada. Hal ini menjamin bahwa solusinya tidak akan ditutupi ole ide-ide yang telah dipertimbangkan dan pola-pola perilaku sebelumnya. Pengusaha memulai metode ini dengan cara menyebarkan konsep umum yang berhubungan dengan masalah, kelompok merespons dengan cara mengungkapkan sejumlah ide. Kemudian sebuah konsep dikembangkan yang diikuti dengan konsep-konsep yang berkaitan, melalui bimbingan pengusaha tersebut. Kemudian masalah sebenarnya diungkap memungkinkan kelompok tersebut memberikan usulan untuk implementasi atau perbaikan solusi akhir.
Jadi, Kesimpulan dari Metode Gordon dalam menyelesaikan suatu masalah menurut pendapat saya adalah dimulai dengan timbulnya suatu masalah, lalu mempelajari dan memahami  masalah yang muncul dengan menggunakan cara yang telah umum digunakan, lalu sebuah kelompok mulai memunculkan ide-ide,setelah itu dikembangkan menjadi suatu konsep,dan barulah masalah yang terjadi sebenarnya akan diungkap dan memberikan solusi yang baik.

C.  TEORI KEWIRAUSAHAAN MENURUT MODEL ZACH’S STAR OF SUCCESS
Saya berpartisipasi dalam seminar dengan Babson College minggu ini. Ini di Toluca meskipun, sejak sekolah saya memutuskan bahwa lebih mudah untuk terbang karena banyak rekan-rekan saya di bidang kewirausahaan ke Meksiko daripada Massachusetts. Dan itu masuk akal.
Sejauh ini, sudah baik, yang agak menarik dan menghibur. Instruktur kami, Profesor Zacharikis, adalah karakter, yang tidak akan membiarkan Anda mendapatkan terganggu atau hilang dalam percakapan. Dia model mengajar, tetapi suatu model dari kehidupan, juga diwakili oleh apa yang disebutnya: Bintang Zach Sukses. Sebuah pertanyaan diulang dia bertanya adalah "Apakah anda memiliki hasrat kepada???
Saya hanya bisa mulai bertanya-tanya bagaimana kehidupan yang berbeda akan jika setiap orang punya gairah untuk melakukan apa yang kita semua lakukan setiap hari. Saya harap minggu ini membantu saya menemukan bahwa gairah yang mungkin telah hilang di sepanjang jalan, di suatu tempat di masa lalu.
1 Pengetahuan : Hal ini memungkinkan Anda untuk melihat / menemukan pola-pola.
2. Jaringan : Tidak hanya harus membangun, tetapi perlu disimpan.
3. Energy
4. Komitmen
5.  Gairah
 Jadi, Kesimpulan dari Metode Zach’s Star of Success menurut saya adalah untuk menjadi pengusaha yang sukses tidak hanya bertumpu kepada pengetahuan tetapi juga dibutuhkan jaringan, energy, Komitmen dan gairah.

Friday, December 16, 2011

KISRUH DI PSSI LAGI, BIKIN TIMNAS MERANA !!!

Kisruh yang berlarut-larut di tubuh PSSI yang mulai terjadi akhir-akhir ini membuat geram para pecinta sepakbola di Indonesia khususnya para pendukung Timnas, Baik Senior maupun Junior.

Seperti yang kita ketahui potensi dan bakat pemain Timnas tidak akan pernah habis untuk bermunculan dari generasi ke generasi. Tetapi potensi dan bakat tersebut tidak dikelola dengan baik oleh PSSI yang justru memunculkan banyak kontroversi. Sejak lengsernya NH dari jabatannya sebagai KETUM PSSI yang kemudian terpilihnya DAH yang didukung oleh mayoritas anggota yang dinamakan kelompok 78.
Beberapa kontroversi yang mengemuka di era Ketum baru PSSI adalah:
- Promosi gratis kepada 6 (Persebaya,PSM,Persibo,Persema,Bontang FC dan PSMS Medan) tim yang dinilai sebagai kota Icon dan permintaan sponsor.
- Mengganti nama liga dari ISL (Indonesian Super League) yang awalnya adalah kompetisi legal PSSI, ke IPL (Indonesian Premiere League) yang awalnya adalah kompetisi Ilegal yang terbentuk disaat rezim NH berkuasa di PSSI yang di danai dan dikukung oleh AP dkk.
- Mengubah kepemilikan saham klub mulai dari 99% untuk klub dan 1% untuk PSSI menjadi 70% untuk klub dan 30% untuk PSSI, Kontan membuat beberapa klub terutama klub-klub besar di Indonesia memilih menyebrang dari kompetisi resmi yang digagas PSSI.
- Jumlah klub pun awalnya membengkak hingga 24 klub sebelum terjadi hijrah.
dan sampai ke kontroversi yang terakhir yaitu:
- Pelarangan bagi pemain - pemain untuk memperkuat Timnas yang berasal dari kompetisi yang dianggap ilegal oleh PSSI yaitu ISL.
- Serta pemberian sanksi-sanksi terhadap klub-klub yang membelot dari PSSI.

Keputusan-keputusan tersebut memicu reaksi publik terutama para suporter klub masing-masing yang terkena sanksi tersebut. Beberapa pengurus klub-klub yang dikenai sanksi oleh PSSI sendiri pun menolak untuk memenuhi,dikarenakan PSSI sendiri pun tidak disiplin dan banyak melakukan pelanggaran terhadap hasil Kongres yang telah dilakukan di Bali.
Pertanyaan-pertanyaan dari publik pun mulai bermunculan:
Bagaimana Timnas mau maju di dunia internasional, jika di dalam negerinya sendiri pun semerawut?
Pertanyaan yang tepat sekali
disaat dominasi Thailand sebagai raja Asia Tenggara mulai sedikit demi sedikit mulai luntur, Timnas kita justru gagal mengambil keuntungan tersebut dan justru para negara tetangga kita yang mengambil keuntungan Mulai dari Singapura, Vietnam hinggayang terbaru Malaysia yang berhasil mengandaskan Timnas Indonesia di dua partai Final terakhir yaitu AFF Cup dan Sea Games.
Seharusnya PSSI pun introspeksi diri bagaimana bisa negara sebesar Indonesia ini hampir selalu menjadi spesialis Runner-up atau juara tanpa mahkota seperti Timnas Belanda di Eropa. Dan PSSI pun juga mesti ingat jika prestasi Timnas ingin meningkat butuh dukungan dari publik atau rakyat Indonesia sendiri selama masih ada kata Indonesia disingkatan PSSI. Oleh karena itu sikap egois dan arogan yang ditunjukkan oleh para pengurus PSSI saat ini mesti ditinggalkan untuk kebaikan Timnas Indonesia kebanggaan kita ini.

Grafik meningkat mulai ditunjukkan mulai dari AFF CUP yang kemudian meredup di Kualifikasi Pra-Piala Dunia, dan kemudian Timnas U-23 yang menunjukkan performa impresif di Sea Games kemarin meskipun pada akhirnya hanya mempersembahkan medali perak bagi kontingen Indonesia di cabang Sepak Bola.
Majulah Terus Garudaku...
Buat Negara tercinta kita ini bangga dengan Prestasi-mu...
Kami semua akan selalu mendukungmu...

PERMAINAN KATA-KATA ANTARA CINTA DAN KENTUT

CINTA dan KENTUT tidak bisa ditahan, keduanya bisa menjadi lega bila terlaksana.
CINTA tertahan = Sengsara, KENTUT ditahan = Menderita

Kalau CINTA dan KENTUT keras bersuara, tentu perasaan kita lega.

CINTA terkesan malu-malu tapi mau, KENTUT bikin malu-maluin baunya.

CINTA tanpa rasa, bukan CINTA namanya, KENTUT tak berbau, bukan KENTUT namanya.

CINTA itu rapuh, KENTUT itu bau.

CINTA itu halus, KENTUT itu virus.

CINTA diam-diam membuat orang mabuk kepayang, KENTUT diam-diam membuat orang mabuk kepalang.

CINTA bagi kebanyakan orang muda, "Ahhh, CINTA monyet...!"
KENTUT didepan banyak orang, "Sialan, monyet lu...!"

CINTA dan KENTUT sama-sama sering dicari:
Kalau sudah CINTA: "Dimana engkau duhai kekasih?"
Kalo sudah KENTUT: "Siapa nih yang KENTUT? Hayoo, ngaku gak...?!!!"

CINTA berlebih membuat orang terbuai, KENTUT berlebih membuat orang terkulai.
CINTA menyatukan persepsi, KENTUT menyatukan emosi.





Thursday, December 15, 2011

MANUSIA DAN PENDERITAAN (ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR)

A.  Makna Penderitaan
         Kata derita berasal dari kata bahasa Sanskerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menaggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Yang termasuk penderitaan itu antara lain keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangkan, kepanasan, dan lain-lain.                    
         Seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Balad ayat 4 yang menyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan”.  Ayat tersebut diartikan, bahwa manusia bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam, menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa taqwa kepada Tuhannya. Apabila manusia melalaikan salah satu dari pada-Nya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Baik di kota-kota maupun di desa, bila orang malas bekerja tentu ia akan menderita hidupnya.
         Hampir semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan. Epos Ramayana dan Mahabarata merupakan cerita yang penuh penderitaan. Ada pula karya Shakespeare banyak mengungkapkan penderitaan batin yang dialami pelakunya di dalam drama “Romeo and Juliet”.
         Dalam riwayat hidup Budha Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dinding candi Borobudur kita melihat juga adanya penderitaan. Biarpun relief, namun hati kita pilu dan haru, pada saat melihatnya. Seorang pangeran (Sidarta) yang meninggalkan istana yang bergemerlapan, masuk hutan menjadi Bhiksu dan makan dengan cara mengemis. Mengembara di hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.
         Dalam riwayat Nabi Muhammad, diceritakan sebagai anak yatim,dan kemudian yatim piatu. Dibesarkan kakeknya kemudian pamannya, yang semuanya penuh dengan penderitaan. Ia menggembala kambing, bekerja pada orang (buruh), dan sebagainya. Bahkan lebih dari 75% hidupnya mengalami penderitaan yang luar biasa.
      Kalau kita baca buku riwayat hidup (biografi) dan riwayat hidup diri sendiri (otobiografi) orang-orang besar, semuanya dimulai dengan penderitaan, jarang ada orang besar langsung menjadi besar. Bung hatta beberapa kali menjalani pembuangan di tengah hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan penyakit, namun Tuhan teteap melindunginya, dan akhirnya menjadi pemimpin bangasa. Pada waktu kita membca riwayat hidup para tokoh itu, ita dihadapkan pada jiwa besr, harga diri, berani karena benar, rasa tanggung jawab, semangat baja dan sebagainya. Semuanya itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di sana tidak akan kita temui jiwa munafik, plin-plan, cengeng, dengki, iri dan sebagainya.

B.  Makna Siksaan
  Berbicara tentang kesiksaan, maka terbayang pada neraka dan dosa, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Ankabut, ayat 40 yang menyatakan :
“Masing-masing bangsa itu Kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya Kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan kedalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang Kami tengelamkam seperti kaum Nuh, dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jugalah yang menganiaya dirinya sendiri, karena dosa-dosanya”.
       Dalam Al-Qur’an surat-surat lain banyak berisi jenis dan ancaman siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, makan riba, dengki, memfitnah, mencuri, maakn harta anak yatim, dan sebagainya.
       Berbicara tentang siksaan terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan. Siksaan dapat berupa, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain dan sebagainya. Siksaan manusia ini ternyata juga menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan baik langsung atau tak langsung.
       Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan kita akan dapat mengambil hikmanya. Karena itu kita dapat menilai arti manusia, harga diri, jujur, sabar, dan takwa, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal prikemanusiaan dan sebagainya.    
        Dari bukunya Drs. Supartono ‘Ilmu Budaya Dasar”, menjelaskan bahwa penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, siksaan biasa dirasakan pada badan atau jasmani, dan juga dapaat berupa siksaan jiwa atau rohani, antara lain:
1.  Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang yang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting, yang ia tidak dapat menentukan pilihannya.
2.  Kesepian juga dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya halini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan yang ramai.
3. Ketakutan  (fobia) merupakan suatu kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu.
4Kekalutan Mental
Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan atau mental. Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang harus dijalaninya, sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
ð  Sebab –sebab timbulnya kekalutan mental yaitu:
1.      Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, (orang-orang melankolis)
2.      Terjadinya konflik sosial-budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
3.      Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting) dan juga sebaliknya terlalu rendah diri (underacting).

ð  Akibat  dari kekalutan social antara lain :
1.       Positif,  bila trauma (luka jiwa) yang dialami  seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta  yaitu  Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
2.      Negatif,  bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Semisal :
3.      Agresi yaitu Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali  dan cenderung melakukan tindakan sadis yang dapat mambahayakan orang lain.
4.      Regresi yaitu Pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan.
5.      Fiksasi yaitu Pembatasan pada satu pola yang sama
6.      Proyeksi yaitu Melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
7.      Indentifikasi yaitu Menyamakan diri dengan sesorang yang sukses dalam imajinasi.
8.      Narsisme self love yaitu Merasa dirinya lebih dari orang lain.
9.      Autisme yaitu Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri.

C.  Makna Rasa Sakit
         Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Rasa sakit akibat penderitaan penyakit atau sakit. Sakit perut akibatnya terasa sakit perutnya,sakit gigi akibatnya terasa nyeri (sakit). Sakit hati akibatnya hatinya terasa sakit. Sakit cinta akibatnya hati selalu dirundung rasa ingin ketemu orang yang dicintainya,dan sebagainya.
         Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Menderita sakit tak dapat direncanakan, kalau datang-datang juga,sedangkan manusia hanya dapat berikhtiar menyembuhkan atau sekurang-kurangnya mengurangi rasa sakit itu.
     Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan lainnya tak dapat dipisahkan, merupakan rentetan sebab akibatnya. Karena siksaan, orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakit tak sembuh-sembuh ia merasa tersiksa hidupnya, dan penderitaanlah yang dialaminya.
     Rasa sakit atau sakit dalam pengalaman hidup sehari- hari ada tiga macam : sakit hati, sakit syaraf atau sakit jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati bermacam-macam pula jenis dan sifatnya. Sakit hati dpat menyebabkan orang berfikir terus, yang akibatnya dapat menjadikan penderita sakit fisik, misalnya karena gosip/celoteh orang mengenai dirinya, yang berupa ejekan atau sindiran.
     Rasa sakit banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita, dapat membuka rasa prihatin manusia,rasa sosial, dermawan dan sebagainya.
     Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apakah ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha sungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.

D.  Neraka
         Berbicara tentang neraka, maka lazimnya kita tentu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan kita yang luar biasa. Teringat pula dalam ingatan kita suatu rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan,rasa sakit,dan penderitaan terdapat hubungan dan tak dapat dipisahan satu sama lain.
         Neraka berhubungan erat dengan dosa dan identik dengan salah atau kesalahan. Orang salah mendapat hukuman. Hukuman identik dengan siksaan. Siksaan adalah rasa sakit dan rasa sakit adalah penderitaan.
         Pengertian neraka sering dihubungkan dengan kematian. Neraka sesudah mati dibahas oleh para pakar agama. Penderitaan dalam hidup yang sering pula dikatakan “neraka dunia” dibicarakan dalam modul ini.
         Banyak penderitaan yang dialami orang di dunia. Karena hebatnya penderitaan itu tak ubahnya dengan neraka saja. Karena itu banyak orang mengatakan: Si A itu hidupnya bagai di neraka saja. Neraka atau penderitaan yang hebat itu menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak seniman yang menganggap penderitaan yang hebat atau neraka sebagai budaya yang menggambarkan manusia di “neraka”.
         Selain itu banyak media massa yang mengkonfirmasikan penderitaan yang hebat membuat pilu dan haru pembacanya, sehingga banyak orang yang mengulurkan tangan ingin meringankan beban penderitaan sesamanya.

E. Penderitaan dan kenikmatan
Tujuan hidup manusia yang populer adalah kenikmatan. Sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang dihindari oleh manusia. Oleh karena penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal itu berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain : penderitaan karena alasan fisik seperti bencana alam,penyakit,kematian, penderita karena alasan moral, seperti kecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian kepada orang lain, dan seterusnya. Semuanya ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Aliran yang ingin secara muntak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan merupakan tujuan satu-satunya dari kediatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam yaitu:
§  Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari  penderitaan.
§  Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonitis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan.
Pandangan hedonis psikologis ialah bahwa setiap manusia di motivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan.  Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan kepada kebahagiaan.Selebihnya ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart  yang membela hedonisme melaluai jalan terhormat, utilitarisme, yaitu kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi.

F. Penderitaan dan kasian
Kembali pada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberoktak terhadap pernyataan yang berbunyi : “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasda kasihan ”. menurut Nietzsche, pernyataan ini tidak benar, penderitaan adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “ Sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dab ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitalitasnya, rapuh, busuk, dan runtuh. Kasihan itui merugikan pengembangan hidup”. Sehingga dikatakan bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nitezche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jang masuk ke dalam hidup dunia. Oleh kartena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak.

G.  Sumber Penderitaan
      1.   Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling berhubungan dan mempengaruhi antar unsure-unsur jasmani, dan rohani,dan  karena itu penderitaan dapat pula terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani.
Jasmani disebut juga sebagai tubuh, badan, badan wadaq, jasad, materi, wadah atau unsur konkrit dari pada pribadi. Jasmani merupakan unsur yang hidup pada pribadi manusia. Di dalam jasmani manusia ada dua unsur-unsur yang selalu berhubungan,yaitu otak dan panca indera. Didalam otak ada berbagai pusat kemampuan manusia. Panca indera merupakan alat atau jendela atau pintu tubuh manusia sehingga manusia mampu menerima atau menangkap segala sesuatu yang berada di lingkungannya.
Rohani sering disebut dengan istilah lain seperti misalnya jiwa, badan halus, dan mind merupakan unsure yang tidak dapat di tangkap oleh panca indera manusia. Dalam kehidupan sehari-hari rohani menjiwai, mendasari, dan memimpin unsur-unsur pribadi manusia. Rohani memiliki alat dan kemampuan.
Alat dan kemampuan itu adalah:
a.   Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan, termasuk pula insting, sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu jelas.
b.  Perasaan merupakan gejala psikis, Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia.Kalau seseorang merasa cinta, benci dan sebagainya perasaan cinta atau benci ini tinggal di dalam batin manusia. Perasaan timbul didalam batin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya. Adanya raangsangan dari lingkungan menimbulkan reaksi,dalam kaitan ini adalah reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi dan akan melahirkan rasa puas,senang, dan sikap positif, tetapi dapat pula terjadi reaksi emosional ini tidak sesuai dengan kehendak pribadi sehingga akibat yang timbul adalah rasa tidak senang, marah,dan sikap negatif.
c. Pikiran disebut juga akal,budi. Dimilikinya pikiran ini memungkinkan manusia mempertimbangkannya, membedakan,dan mengambil keputusan berdasarkan  alasan-alasan tersendiri. Dimilikinya budi atau akal ini pula yang memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu.
d.  Kemauan disebut juga kehendak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Untuk memilih manusia harus tahu apa yang dipilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah dipertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.
      2.   Dorongan Memenuhi Kebutuhan sebagai Sumber Penderitaan
       Untuk mempertahankan keberadaan serta kehidupannya, manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik, psikis, maupun kebutuhan sosial. Di dalam usaha memenuhi kebutuhan ini nafsu memegang peranan penting. Nafsu atau dorongan ini cenderung untuk menuntut dipenuhinya kepuasan atau keinginan. Dalam usaha memenuhi dorongan atau nafsu ini manusia menggunakan daya kehendak dan akal budi serta perasaan yang dimilikinya untuk memilih dan mempertimbangkannya jalan dan materi yang merangsang manusia untuk direalisasi dalam bentuk perbuatan.
       Dalam rangka pemenuhan kebutuhan ini mungkin saja terjadi bahwa tujuan, ialah sesuatu yang dibutuhkan dan yang diingini, dapat tercapai sesuatu dengan yang dibutuhkan dan yang dikehendaki. Tetapi mungkin pula sesuatu yang diinginkan itu tidak tercapai. Jika tujuan yang diingini tercapai maka yang didapat atau dirasakan adalah kepuasan,kegembiraan,atau kesenangan.Jika sebaliknya yang terjadi,maka yang didapat adalah penyesalan,kesedihan, atau penderitaan. Bagaimana kualitas perasaan yang timbul akibat upaya pencapaian tujuan ini, kiranya akan mengikuti skala pencapaian tujuannya.Makin dekat dengan tujuan yang dicapai,makin dalam perasaan kegembiraan yang dirasakan. Makin jauh dari tujuan yang diinginkan maka yang didapat juga makin tipis rasa kegembiraannya,bahkan makin dekat dengan perasaan yang sedih,menyesal, merasa gagal,malu dan sebagainya.

H. Upaya Menghindarkan Diri dari Penderitaan
Cara-cara untuk menghindarkan diri dari Penderitaan yang berakibat frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Seseorang harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
  2. Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada suatu saat akan mengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan (futuristis).
  3. Berani mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan membuat dirinya menjadi puas.
  4. Berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah, misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.







Kesimpulan :
        Penderitaan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Karena, setiap orang akan atau pernah mengalami penderitaan. Dengan mempelajari berbagai kasus penderitaan manusia berarti telah mempelajari sikap, nilai, harga diri, ketamakan, kesombongan orang dan sebagainya. Semuanya itu bermanfaat untuk memperdalam dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan penalaran bagi yang mempelajarinya.
      Siksaan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap manusia pernah atau akan menjalani siksaan. Siksaan tak dapat dipisahkan dengan dosa. Siksaan yang berhubungan dengan dosa adalah siksaan di hari Kiamat. Kita dapat menilai diri kita sendiri, dimana kita berdiri, dimana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.
        Segala macam rasa sakit atau penyakit yang diderita manusia tak dapat dipisahan dari kehidupan, karena setiap orang mengalami rasa sakit atau penyakit. Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apa ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha dan bersungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.
Saran :
        Manusia hendaknya percaya dengan mutlak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya Tuhan lah yang menentukan kehidupan manusia, yang mampu menciptakan keajaiban diluar pikiran manusia. Manusia hendaknya selalu “mawas diri” atau melakukan intropeksi. Artinya bahwa manusia hendaknya selalu menguur kekuatan diri sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
        Orang yang dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidu tidak mau mengukur atau tidak mau menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, maka orang itu akan menjadi budak “hawa nafunya” sendiri. Orang yang berada dalam kondisi semacam ini, pikirannya, kehendaknya, perasaannya sudah tidak mampu memberi pertimbangan. Orang semacam ini senantiasa akan terus-menerus dituntut akan memenuhi hawa nafsu tersebut, ia tidak akan pernah merasa puas, maka ia akan menderita.