A. Makna Penderitaan
Kata derita berasal dari kata bahasa Sanskerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menaggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Yang termasuk penderitaan itu antara lain keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangkan, kepanasan, dan lain-lain.
Seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Balad ayat 4 yang menyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan”. Ayat tersebut diartikan, bahwa manusia bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam, menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa taqwa kepada Tuhannya. Apabila manusia melalaikan salah satu dari pada-Nya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Baik di kota-kota maupun di desa, bila orang malas bekerja tentu ia akan menderita hidupnya.
Hampir semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan. Epos Ramayana dan Mahabarata merupakan cerita yang penuh penderitaan. Ada pula karya Shakespeare banyak mengungkapkan penderitaan batin yang dialami pelakunya di dalam drama “Romeo and Juliet”.
Dalam riwayat hidup Budha Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dinding candi Borobudur kita melihat juga adanya penderitaan. Biarpun relief, namun hati kita pilu dan haru, pada saat melihatnya. Seorang pangeran (Sidarta) yang meninggalkan istana yang bergemerlapan, masuk hutan menjadi Bhiksu dan makan dengan cara mengemis. Mengembara di hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.
Dalam riwayat Nabi Muhammad, diceritakan sebagai anak yatim,dan kemudian yatim piatu. Dibesarkan kakeknya kemudian pamannya, yang semuanya penuh dengan penderitaan. Ia menggembala kambing, bekerja pada orang (buruh), dan sebagainya. Bahkan lebih dari 75% hidupnya mengalami penderitaan yang luar biasa.
Kalau kita baca buku riwayat hidup (biografi) dan riwayat hidup diri sendiri (otobiografi) orang-orang besar, semuanya dimulai dengan penderitaan, jarang ada orang besar langsung menjadi besar. Bung hatta beberapa kali menjalani pembuangan di tengah hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan penyakit, namun Tuhan teteap melindunginya, dan akhirnya menjadi pemimpin bangasa. Pada waktu kita membca riwayat hidup para tokoh itu, ita dihadapkan pada jiwa besr, harga diri, berani karena benar, rasa tanggung jawab, semangat baja dan sebagainya. Semuanya itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di sana tidak akan kita temui jiwa munafik, plin-plan, cengeng, dengki, iri dan sebagainya.
B. Makna Siksaan
Berbicara tentang kesiksaan, maka terbayang pada neraka dan dosa, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Ankabut, ayat 40 yang menyatakan :
“Masing-masing bangsa itu Kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya Kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan kedalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang Kami tengelamkam seperti kaum Nuh, dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jugalah yang menganiaya dirinya sendiri, karena dosa-dosanya”.
Dalam Al-Qur’an surat-surat lain banyak berisi jenis dan ancaman siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, makan riba, dengki, memfitnah, mencuri, maakn harta anak yatim, dan sebagainya.
Berbicara tentang siksaan terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan. Siksaan dapat berupa, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain dan sebagainya. Siksaan manusia ini ternyata juga menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan baik langsung atau tak langsung.
Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan kita akan dapat mengambil hikmanya. Karena itu kita dapat menilai arti manusia, harga diri, jujur, sabar, dan takwa, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal prikemanusiaan dan sebagainya.
Dari bukunya Drs. Supartono ‘Ilmu Budaya Dasar”, menjelaskan bahwa penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, siksaan biasa dirasakan pada badan atau jasmani, dan juga dapaat berupa siksaan jiwa atau rohani, antara lain:
1. Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang yang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting, yang ia tidak dapat menentukan pilihannya.
2. Kesepian juga dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya halini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan yang ramai.
3. Ketakutan (fobia) merupakan suatu kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu.
4. Kekalutan Mental
Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan atau mental. Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang harus dijalaninya, sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
ð Sebab –sebab timbulnya kekalutan mental yaitu:
1. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, (orang-orang melankolis)
2. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
3. Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting) dan juga sebaliknya terlalu rendah diri (underacting).
ð Akibat dari kekalutan social antara lain :
1. Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
2. Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Semisal :
3. Agresi yaitu Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali dan cenderung melakukan tindakan sadis yang dapat mambahayakan orang lain.
4. Regresi yaitu Pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan.
5. Fiksasi yaitu Pembatasan pada satu pola yang sama
6. Proyeksi yaitu Melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
7. Indentifikasi yaitu Menyamakan diri dengan sesorang yang sukses dalam imajinasi.
8. Narsisme self love yaitu Merasa dirinya lebih dari orang lain.
9. Autisme yaitu Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri.
C. Makna Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Rasa sakit akibat penderitaan penyakit atau sakit. Sakit perut akibatnya terasa sakit perutnya,sakit gigi akibatnya terasa nyeri (sakit). Sakit hati akibatnya hatinya terasa sakit. Sakit cinta akibatnya hati selalu dirundung rasa ingin ketemu orang yang dicintainya,dan sebagainya.
Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Menderita sakit tak dapat direncanakan, kalau datang-datang juga,sedangkan manusia hanya dapat berikhtiar menyembuhkan atau sekurang-kurangnya mengurangi rasa sakit itu.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan lainnya tak dapat dipisahkan, merupakan rentetan sebab akibatnya. Karena siksaan, orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakit tak sembuh-sembuh ia merasa tersiksa hidupnya, dan penderitaanlah yang dialaminya.
Rasa sakit atau sakit dalam pengalaman hidup sehari- hari ada tiga macam : sakit hati, sakit syaraf atau sakit jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati bermacam-macam pula jenis dan sifatnya. Sakit hati dpat menyebabkan orang berfikir terus, yang akibatnya dapat menjadikan penderita sakit fisik, misalnya karena gosip/celoteh orang mengenai dirinya, yang berupa ejekan atau sindiran.
Rasa sakit banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita, dapat membuka rasa prihatin manusia,rasa sosial, dermawan dan sebagainya.
Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apakah ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha sungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.
D. Neraka
Berbicara tentang neraka, maka lazimnya kita tentu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan kita yang luar biasa. Teringat pula dalam ingatan kita suatu rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan,rasa sakit,dan penderitaan terdapat hubungan dan tak dapat dipisahan satu sama lain.
Neraka berhubungan erat dengan dosa dan identik dengan salah atau kesalahan. Orang salah mendapat hukuman. Hukuman identik dengan siksaan. Siksaan adalah rasa sakit dan rasa sakit adalah penderitaan.
Pengertian neraka sering dihubungkan dengan kematian. Neraka sesudah mati dibahas oleh para pakar agama. Penderitaan dalam hidup yang sering pula dikatakan “neraka dunia” dibicarakan dalam modul ini.
Banyak penderitaan yang dialami orang di dunia. Karena hebatnya penderitaan itu tak ubahnya dengan neraka saja. Karena itu banyak orang mengatakan: Si A itu hidupnya bagai di neraka saja. Neraka atau penderitaan yang hebat itu menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak seniman yang menganggap penderitaan yang hebat atau neraka sebagai budaya yang menggambarkan manusia di “neraka”.
Selain itu banyak media massa yang mengkonfirmasikan penderitaan yang hebat membuat pilu dan haru pembacanya, sehingga banyak orang yang mengulurkan tangan ingin meringankan beban penderitaan sesamanya.
E. Penderitaan dan kenikmatan
Tujuan hidup manusia yang populer adalah kenikmatan. Sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang dihindari oleh manusia. Oleh karena penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal itu berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain : penderitaan karena alasan fisik seperti bencana alam,penyakit,kematian, penderita karena alasan moral, seperti kecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian kepada orang lain, dan seterusnya. Semuanya ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Aliran yang ingin secara muntak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan merupakan tujuan satu-satunya dari kediatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam yaitu:
§ Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
§ Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonitis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan.
Pandangan hedonis psikologis ialah bahwa setiap manusia di motivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan kepada kebahagiaan.Selebihnya ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart yang membela hedonisme melaluai jalan terhormat, utilitarisme, yaitu kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi.
F. Penderitaan dan kasian
Kembali pada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberoktak terhadap pernyataan yang berbunyi : “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasda kasihan ”. menurut Nietzsche, pernyataan ini tidak benar, penderitaan adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “ Sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dab ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitalitasnya, rapuh, busuk, dan runtuh. Kasihan itui merugikan pengembangan hidup”. Sehingga dikatakan bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nitezche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jang masuk ke dalam hidup dunia. Oleh kartena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak.
G. Sumber Penderitaan
1. Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling berhubungan dan mempengaruhi antar unsure-unsur jasmani, dan rohani,dan karena itu penderitaan dapat pula terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani.
Jasmani disebut juga sebagai tubuh, badan, badan wadaq, jasad, materi, wadah atau unsur konkrit dari pada pribadi. Jasmani merupakan unsur yang hidup pada pribadi manusia. Di dalam jasmani manusia ada dua unsur-unsur yang selalu berhubungan,yaitu otak dan panca indera. Didalam otak ada berbagai pusat kemampuan manusia. Panca indera merupakan alat atau jendela atau pintu tubuh manusia sehingga manusia mampu menerima atau menangkap segala sesuatu yang berada di lingkungannya.
Rohani sering disebut dengan istilah lain seperti misalnya jiwa, badan halus, dan mind merupakan unsure yang tidak dapat di tangkap oleh panca indera manusia. Dalam kehidupan sehari-hari rohani menjiwai, mendasari, dan memimpin unsur-unsur pribadi manusia. Rohani memiliki alat dan kemampuan.
Alat dan kemampuan itu adalah:
a. Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan, termasuk pula insting, sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu jelas.
b. Perasaan merupakan gejala psikis, Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia.Kalau seseorang merasa cinta, benci dan sebagainya perasaan cinta atau benci ini tinggal di dalam batin manusia. Perasaan timbul didalam batin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya. Adanya raangsangan dari lingkungan menimbulkan reaksi,dalam kaitan ini adalah reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi dan akan melahirkan rasa puas,senang, dan sikap positif, tetapi dapat pula terjadi reaksi emosional ini tidak sesuai dengan kehendak pribadi sehingga akibat yang timbul adalah rasa tidak senang, marah,dan sikap negatif.
c. Pikiran disebut juga akal,budi. Dimilikinya pikiran ini memungkinkan manusia mempertimbangkannya, membedakan,dan mengambil keputusan berdasarkan alasan-alasan tersendiri. Dimilikinya budi atau akal ini pula yang memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu.
d. Kemauan disebut juga kehendak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Untuk memilih manusia harus tahu apa yang dipilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah dipertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.
2. Dorongan Memenuhi Kebutuhan sebagai Sumber Penderitaan
Untuk mempertahankan keberadaan serta kehidupannya, manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik, psikis, maupun kebutuhan sosial. Di dalam usaha memenuhi kebutuhan ini nafsu memegang peranan penting. Nafsu atau dorongan ini cenderung untuk menuntut dipenuhinya kepuasan atau keinginan. Dalam usaha memenuhi dorongan atau nafsu ini manusia menggunakan daya kehendak dan akal budi serta perasaan yang dimilikinya untuk memilih dan mempertimbangkannya jalan dan materi yang merangsang manusia untuk direalisasi dalam bentuk perbuatan.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan ini mungkin saja terjadi bahwa tujuan, ialah sesuatu yang dibutuhkan dan yang diingini, dapat tercapai sesuatu dengan yang dibutuhkan dan yang dikehendaki. Tetapi mungkin pula sesuatu yang diinginkan itu tidak tercapai. Jika tujuan yang diingini tercapai maka yang didapat atau dirasakan adalah kepuasan,kegembiraan,atau kesenangan.Jika sebaliknya yang terjadi,maka yang didapat adalah penyesalan,kesedihan, atau penderitaan. Bagaimana kualitas perasaan yang timbul akibat upaya pencapaian tujuan ini, kiranya akan mengikuti skala pencapaian tujuannya.Makin dekat dengan tujuan yang dicapai,makin dalam perasaan kegembiraan yang dirasakan. Makin jauh dari tujuan yang diinginkan maka yang didapat juga makin tipis rasa kegembiraannya,bahkan makin dekat dengan perasaan yang sedih,menyesal, merasa gagal,malu dan sebagainya.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan ini mungkin saja terjadi bahwa tujuan, ialah sesuatu yang dibutuhkan dan yang diingini, dapat tercapai sesuatu dengan yang dibutuhkan dan yang dikehendaki. Tetapi mungkin pula sesuatu yang diinginkan itu tidak tercapai. Jika tujuan yang diingini tercapai maka yang didapat atau dirasakan adalah kepuasan,kegembiraan,atau kesenangan.Jika sebaliknya yang terjadi,maka yang didapat adalah penyesalan,kesedihan, atau penderitaan. Bagaimana kualitas perasaan yang timbul akibat upaya pencapaian tujuan ini, kiranya akan mengikuti skala pencapaian tujuannya.Makin dekat dengan tujuan yang dicapai,makin dalam perasaan kegembiraan yang dirasakan. Makin jauh dari tujuan yang diinginkan maka yang didapat juga makin tipis rasa kegembiraannya,bahkan makin dekat dengan perasaan yang sedih,menyesal, merasa gagal,malu dan sebagainya.
H. Upaya Menghindarkan Diri dari Penderitaan
Cara-cara untuk menghindarkan diri dari Penderitaan yang berakibat frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :
- Seseorang harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
- Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada suatu saat akan mengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan (futuristis).
- Berani mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan membuat dirinya menjadi puas.
- Berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah, misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.
Kesimpulan :
Penderitaan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Karena, setiap orang akan atau pernah mengalami penderitaan. Dengan mempelajari berbagai kasus penderitaan manusia berarti telah mempelajari sikap, nilai, harga diri, ketamakan, kesombongan orang dan sebagainya. Semuanya itu bermanfaat untuk memperdalam dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan penalaran bagi yang mempelajarinya.
Siksaan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap manusia pernah atau akan menjalani siksaan. Siksaan tak dapat dipisahkan dengan dosa. Siksaan yang berhubungan dengan dosa adalah siksaan di hari Kiamat. Kita dapat menilai diri kita sendiri, dimana kita berdiri, dimana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.
Segala macam rasa sakit atau penyakit yang diderita manusia tak dapat dipisahan dari kehidupan, karena setiap orang mengalami rasa sakit atau penyakit. Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apa ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha dan bersungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.
Saran :
Manusia hendaknya percaya dengan mutlak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya Tuhan lah yang menentukan kehidupan manusia, yang mampu menciptakan keajaiban diluar pikiran manusia. Manusia hendaknya selalu “mawas diri” atau melakukan intropeksi. Artinya bahwa manusia hendaknya selalu menguur kekuatan diri sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Orang yang dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidu tidak mau mengukur atau tidak mau menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, maka orang itu akan menjadi budak “hawa nafunya” sendiri. Orang yang berada dalam kondisi semacam ini, pikirannya, kehendaknya, perasaannya sudah tidak mampu memberi pertimbangan. Orang semacam ini senantiasa akan terus-menerus dituntut akan memenuhi hawa nafsu tersebut, ia tidak akan pernah merasa puas, maka ia akan menderita.
No comments:
Post a Comment