Mungkin tak banyak anak - anak remaja sekarang yang masih mencintai klub sebesar Juventus. Setelah sempat terpuruk di beberapa tahun belakangan, baru musim ini lah Juventus kembali menunjukkan taringnya kembali.
Tapi keterpurukan Juventus di beberapa musim belakangan tidak membuat kecintaan saya terhadap Juventus menjadi luntur. Awal perkenalan saya kepada klub terbesar di Italia ini berawal justru saat Juventus mengalami kekalahan di final Liga Champions musim 1996-1997 oleh Borussia Dortmund dengan skor 3-1 dan pada saat itu umur saya masih 5 tahun.
Namun akibat kekalahan itu yang aneh justru saya semakin menjadi penasaran untuk mengikuti pertandingan-pertandingan Juventus selanjutnya. Dan pada musim 1997-1998 Juventus pun kembali gagal meraih trofi Liga Champions yang ketiga kalinya saat kalah 1-0 oleh Real Madrid melalui gol Pedrad Mijatovic.
Mengecewakan memang tapi apa boleh buat saya sudah terlanjur menjadi seorang Juventini, dan berusaha menjadi seorang Juventini untuk selamanya.
Kekaguman saya kepada Juventus semakin memuncak saat klub itu memiliki duet striker yang sangat di takuti lawan yang dijuluki DEL-PIPPO. Namun beberapa musim kemudian Pippo justru memilih hijrah ke lawan berat Juventus yaitu AC.Milan dan saya pun tetap pada pendirian awal saya bahwa saya tetap menjadi seorang Juventini.
Postingan seperti ini saya buat, karena semakin banyak orang yang membangga-banggakan suatu tim saat meraih banyak trofi, sedangkan saat kondisi terpuruk orang tersebut pun hijrah ke tim lain yang lebih baik performanya.
Buat saya orang-orang seperti itu tak lebih dari seorang "PECUNDANG" yang hanya ingin Suka tetapi tak ingin merasakan Duka.
Jadi tetap setia-lah pada satu tim yang memang kamu semua cintai baik saat kondisi tim tersebut sedang bagus maupun sedang terpuruk. Jangan pernah menjadi seorang "TIFOSI KAGETAN" yang membangga-bangga timnya hanya saat sukses.
***TIFOSI JUVENTUS 100% ***
